– Dirgahayu Derry
cw // harsh words
Listen this: https://open.spotify.com/track/6VgyRGeR4cw6yNGazjGFhu?si=cee17b5e16ad4f18
“Gua kecewa tapi gimana ya, gua juga nggak bisa marah sama mereka,” ucapnya. Ia turun dari motornya lalu bergegas untuk memasuki kontrakannya, tak lupa sebelum masuk ia menutup gerbang terlebih dahulu.
“Assalamualaikum.” Derry menghela nafasnya setelah salam yang ia ucapkan tak kunjung mendapat jawaban.
“Kenapa gelap banget sih, ini orang-orang pada kemana emangnya?” Ia melangkahkan kakinya untuk menyalakan lampu, namun nihil. Lampu tersebut tak mau menyala. “Wah parah, jangan-jangan belum isi token.“
Ia pun mengeluarkan benda persegi yang berada di kantong celananya dan langsung menghidupkan flash. Kedua kakinya kini ia langkahkan ke lantai 3 tempat adik bungsunya berada.
“Jio? Ini obat maagnya udah abang beliin, udah makan belum? Nih abang sekalian beliin pecel ayam kesukaan Jio,” ucap Derry setelah tiba di depan pintu kamar adiknya.
Tok. Tok. Tok.
“Jio?” panggilnya kembali untuk memastikan. Ia pun membuka knop pintu untuk memastikan apakah kamarnya terkunci atau tidak, “lah dikunci, ini anaknya kemana ya?“
Kini ia pun sudah berada di depan pintu kamarnya. Clek. Pintu pun sudah terbuka. Pemandangan yang pertama kali ia lihat hanya keadaan gelap gurita, sialnya handphonenya pun kini telah mati total akibat sang empu lupa untuk mengisi baterainya.
“Anjirlah, udah sendirian lampu mati, handphone mati. Apes banget gua hari ini, mana anak-anak nggak inget ultah gua.” Derry kini menutup pintu kamarnya, dengan perlahan ia mulai memasuki kamarnya.
Duarr.
Hari ini hari yang kau tunggu Bertambah satu tahun usiamu, bahagialah kamu Yang kuberi bukan jam dan cincin Bukan seikat bunga, atau puisi, juga kalung hati
Maaf, bukannya pelit Atau nggak mau ngemodal dikit Yang ingin aku beri padamu doa s'tulus hati
S'moga Tuhan melindungi kamu Serta tercapai semua angan dan cita-citamu Mudah-mudahan dib'ri umur panjang Sehat selama-lamanya
“Hari ini, hari yang kau tunggu. Bertambah satu tahun, usiamu, bahagialah kamu,“
Riuh suara nyanyian kini telah mengisi kamarnya. Ia terdiam dalam langkahnya, mulutnya menganga seakan bahwa dirinya tak menyangka bahwa anak-anak kontrakan bisa melakukan hal yang kini berada di depan matanya.
Derry tak mampu untuk menahan tangisnya. Kini kedua kakinya tak mampu lagi untuk menopang beban tubuhnya, ia ambruk bersama tangisan yang perlahan mulai keluar. Entahlah, setiap di hari lahirnya ia selalu menjadi pribadi yang lemah dan sensitif. Terbukti dengan saat ini apa yang sedang ia lakukan. Bahunya bergetar dan isak tangis mencelos dari mulutnya.
“Udah anjir jangan nangis, sini tiup lilin,” ucap Adrian sambil merangkul bahu temannya.
Derry pun bangkit dari kegiatan sujudnya. Ia berjalan menuju sebuah benda kecil yang menerangi pandangannya. Tangannya dia bawa menuju dadanya serta tak lupa memejamkan matanya. Mulutnya seperti sedang mengumamkan sebuah mantra- dia sedang berdoa. Ia berdoa supaya mereka semua dapat menemukan kebahagiaannya masing-masing, ia berdoa semoga mereka semua dapat sukses di kehidupan selanjutnya, dan ia berdoa semoga mereka dijauhkan dari hal-hal buruk.
“Aamiin,” ucapnya sebelum akhirnya lilin itu menghentikan cahaya penerangan.
“Happy birthday bro!” ucap Mario sambil memeluk tubuh Derry dengan cepat. Punggungnya ditepuk seakan mengartikan bahwa ia telah melakukan hal yang sangat baik. “Thank you, Mario.“
“Abang Derry, selamat ulang tahun!“
“Makasih Jio,“
“Oh iya, itu obat maagnya abang gantungin di pintu. Sekalian sama nasi pecelnya, takutnya kamu belum makan,” lanjut Derry.
Jio menggeleng pelan, “Jio enggak maag, itu cuman pura-pura biar kita tau Bang Derry udah mau pulang atau belum, hehe.“
Derry pun tersenyum. Ia sangat bahagia bisa dipertemukan dengan kedua puluh dua saudaranya, mestipun terkadang tingkah mereka selalu membuat dirinya kesal, namun itu semua tak ada artinya dibandingkan kebahagiaan yang telah ia dapatkan.
“Jangan galau lagi, kita semua inget kok ulang tahun lu,” ejek Jordi. “Yaelah Bang, namanya juga lagi kecewa,” timpal Derry tak lupa dengan kekehan khasnya.
“Oh iya, kita punya sesuatu buat lu. Eh Tio nyalain dong saklar lampunya, pengep anjir dipikir-pikir,” ucap Iduy. Tio yang disuruh pun hanya bisa menganggukinya.
“Nah gini kan enak, ayo kita punya sesuatu buat lu,” ucap Tedja. Tangannya ia raih untuk menyeret Derry.
Haekal dan Yoyo pun membawa tas, dompet, serta handphone yang berada di dalam saku temannya.
Perasaannya kini mulai tidak enak. Di sebelah kiri ia diapit oleh Luthfi, sebelah kanan ia diapit oleh Jordi, di depannya ada Tedja lengkap dengan tangan yang masih berpegangan pada tangannya, serta di belakang diikuti oleh penghuni kontrakan lain.
Tedja mengangguk. Jordi, Luthfi, Mario, dan Iduy pun kini telah mengangkat badan Derry. Derry tak bisa menghentikan teriakannya.
“Anjir, anjir apaan nih? kok gua diangkat-angkat!” teriak Derry setelah merasakan badannya diangkat. Kakinya ia bawa untuk melepaskan dari genggaman teman kontrakannya, namun nihil. Tenaganya tidak sekuat tenaga mereka.
“Satu, dua, tiga ...,“
Byurrr.
“BANGSAT DINGIN ANJING!” teriak Derry setelah merasakan bahwa badannya dihempaskan pada sekumpulan air.
Suara tawa pun kini memenuhi pendengarannya.
“Woi Bang Derry! liat sini,” ucap Jevon. Mau tak mau Derry pun memandangi teman kontrakannya.
“Happy birthday!” ucap mereka dengan serentak.
Banner yang telah dipesan oleh Jevon pun kini telah dibentangkan di depan mata sang empunya. Derry hanya bisa tertegun setelah melihat desain dari bannernya. Entah dirinya harus senang atau sedih, ia sendiri bingung.
“YA ALLAH JELEK AMAT GUAAA,” ucap Derry setelah melihat isi banner dari yang telah ia lihat.
“NGAPAIN PAKE BANNER, GUA BERASA MAU NYALONIN JADI KETUA HIMA AJA DAH,” ketus Derry.
“Nggak apa-apa, biar beda aja,” timpal Juan.
Tak hanya Derry, kini mereka pun sedang menjahili satu persatu penghuni kontrakan untuk memasuki kolam renangnya.
“ANJING, GUA NGGAK MAU BASAH-BASAHAN YA,” teriak Nalen saat ia merasakan dorongan pada punggungnya yang berasalkan dari Haekal dan Jevon.
“Yaelah ribet amat,” ucap Jordi. Ia pun mendorong ketiga adiknya agar masuk ke dalam kolam renang.
Byurrr.
“BANGSAT BANG JORDI!” umpat mereka bertiga secara serempak.
Akhirnya mereka pun kini sedang asik bermain di dalam kolam renang. Untung saja kolam renang yang berada di kontrakan cukup luas sehingga tak masalah jika diisi oleh seluruh penghuni.
Derry pun tersenyum bahagia setelah merasakan kehangatan dan kasih sayang yang diberi dari keluarga barunya. Senyuman itu tak pernah lepas dari wajahnya, ia sangat bahagia. Benar-benar bahagia. Entah mengapa ia sangat menantikan tanggal di hari kelahirannya, salah satu alasannya karena ini. Ia selalu mendapatkan kehangatan yang diberikan oleh penghuni kontrakannya, bukan hanya sekali, bahkan dua kali dengan hari ini. Ia sendiri semakin tak sabar untuk merasakan kehangatan di tahun selanjutnya. Semoga mereka semua tetap sehat agar bisa merayakan secara bersama-bersama.
Ada satu permintaan yang sengaja ia tak beritahu, permintaan tersebut permintaan bahwa mereka akan hidup bersama selamanya hingga maut memisahkan. Namun sedikit mustahil karena ia yakin bahwa penghuni kontrakan pasti memiliki tujuan hidupnya masing-masing. Tetapi tetap saja, ia berharap itu bisa terwujud.
Happy Birthday Huang Guanheng, Hendery.
Kontrakan Adarusa special edition Hendery Birthday.
by NAAMER1CAN0