– Hari jadi, Yohan.
cw // harsh words
Kini mereka semua telah sampai di kediaman Yohan Kardena atau yang biasa disapa dengan Yoyo. Hari ini merupakan hari di mana Yohan telah di lahirkan.
“Assalamualaikum Tante,” sapa Tio dengan ciri khas senyuman indahnya sambil mencium tangan wanita paruh baya di hadapannya. Pun penghuni lain ikut menciumi tangan dari Ibunda Yohan.
“Ayo masuk, Tante udah masak banyak,” ucap Mamahnya Yohan dengan nada yang sedikit terdengar sangat bahagia itu. Bagaimana tidak? akhirnya setelah sekian lama ia bisa bertegur sapa kembali dekan rekan-rekan satu kontrakannya.
Mereka pun mulai melangkahkan kakinya menuju tempat yang dimaksud oleh orang yang berjalan di depannya.
“Hahaha, aneh sekali. Kalian merayakan ulang tahun Yohan, tapi Yohannya kalian tinggal di kontrakan.”
Itu Ayahnya Yohan, ia tak kuasa untuk menahan tawanya. Menurutnya ide yang baru didengarnya ini cukup menghibur dirinya setelah berkutik dengan pekerjaannya sepanjang waktu yang cukup membuatnya lelah.
“Hehe iya Om, Tante. Ini Sagara yang kasih ide,”
“Nggak apa-apa, 'kan Om, Tante?” lanjut Sagara dengan suara yang sedikit khawatir. Bagaimana tidak? orang kini kedua puluh dua anak kontrakan sudah ada di rumah Yohan, di Tasikmalaya. Sedangkan sang peran utama mereka tinggalkan di Jatinangor.
Ibunda Yohan hanya tertawa dan mengelus punggung Sagara. “Nggak apa-apa nak, itung-itung kalian berkunjung ke sini. Kami senang kok.”
Ada suara helaan yang terdengar. Cukup lega baginya setelah mendapat jawaban dari orang tua teman kontrakannya itu.
“Terus kalian gimana kaburnya sampe jauh-jauh ke Tasik gini?” tanya Ayahnya Yohan. Tangan kanannya masih sibuk memasukkan beberapa makanan ke mulutnya.
Chakka menelan makanannya secara cepat. “Kita kerjasama pura-pura ada kesibukan Tante, sama ada beberapa orang yang bilang mau pulang ke rumahnya.”
Setelah selesai dengan ucapannya Chakka pun kembali memasukkan beberapa lauk pauk ke dalam mulutnya.
“Terus dia nggak curiga?”
Mereka semua dengan kompak menggelengkan kepalanya. “Sepertinya enggak Om, semoga aja nggak curiga.”
Beberapa obrolan kecil pun kini saling terlontar satu sama lain, hingga kini meja makan pun mulai ramai dengan candaan dan tawaan. Bahkan sepertinya mereka telah terduduk lebih dari satu jam di atas meja itu, namun obrolan kecil pun masih saja asik saling dilontarkan.
Namun di lain sisi, kini ada seseorang yang sedang percaya diri bahwa dirinya sedang dipersiapkan sebuah kejutan untuknya.
“Eh, nanti gua pura-pura kaget aja jangan ya?”
“Kali ini mereka kasih surprise di sebelah mana ya? Kamar gua nggak mungkin sih, kuncinya gua bawa. Theather kayaknya udah pasaran, rooftop juga, apa di kolam renang ya?”
Yohan tak mau diam. Kakinya ia paksa untuk melangkah ke kiri dan ke kanan secara cepat yang menandakan bahwa dirinya sedikit gugup. Baru saja dirinya akan menaiki kendaraan beroda duanya dan segera meluncur ke kontrakannya, namun kegiatan itu harus terhenti setelah nama dirinya dipanggil oleh seseorang.
“Woi Yoyo!”
Yohan pun menolehkan wajahnya ke belakang, ke arah sumber suara. Alisnya ia angkat sedikit. “Kenapa, Jan?”
“Habede ye, asik dah bisa ulang tahun juga lu,” ucap Ojan- teman satu prodi sekaligus teman satu tongkrongannya.
“Gua nggak tau harus sedih apa seneng nih, akhirnya lu inget ultah gua Anjing!”
“Hahaha, profile twitter lu ada balon-balonnya. Jadi gua inget,”
“Bajingan.”
Mereka pun akhirnya tertawa secara bersamaan. Selama dua tahun ia kenal dengan Ojan baru kali ini ia diucapkan tepat pada hari ulang tahunnya bahkan yang lebih mengejutkan ia mengucapkan tepat di hadapannya sendiri, sebuah kehormatan bagi dirinya.
“Kirim nomor shopee-pay lu, gua kasih kado duit aja lah ya. Biar lu sendiri yang beli barangnya,” ucap Ojan sambil mengeluarkan benda persegi di kantong celananya.
Yohan pun meninju kecil pundak Ojan. “Apaan dah anjing, nggak usah. Kayak ke siapa aja lu.”
“Udah gua kirim tuh, nomornya sama kayak nomor WA lu kan?”
Yohan pun melebarkan matanya setelah melihat nominal yang tercetak pada benda perseginya. “Anjing, kelebihan nol ini ya lu Jan?” tanya Yohan sambil memastikan kembali.
Ojan menggeleng. “Enggak, emang bener segitu. Sisanya buat traktiran lu sama anak kontrakanlah.”
“Thank you Jan. Ayo dah gas gua traktir sekarang,” ucap Yohan.
Ojan hanya tertawa mendengar ucapan itu. “Traktir pake uang dari gua? Gila aja, makan duit sendiri gua jadinya.”
“Ya kagaklah anjing, pake duit gua.”
“Nanti dah sekalian sama anak-anak lain, gua mau ngejar deadline dulu hari ini,”
“Yaudah nanti gua kabarin di grup. Btw makasih Jan, sumpah dah gua jadi nggak enak.” Ojan pun menepuk pundak Yohan secara cepat, “santai aja anjir. Itung-itung ucapan terima kasih udah bantuin paper gua kemaren.”
Ojan pun akhirnya meninggalkan Yohan sendirian setelah mengatakan kata pamit karena ia harus melakukan pekerjaan yang telah diberikan dosen mata kuliahnya. Yohan pun hanya memandang punggung itu yang kini telah hilang dari pandangannya.
“Anjirlah, asik banget gua dikasih sejuta. Pesta dah ini sama anak kontrakan.”
Kendaraan roda dua itu pun kini telah berjalan melintasi padatnya kota Jatinangor pada sore hari. Biasa orang-orang sudah mulai berpulangan sehingga jalanan mulai sedikit padat daripada hari biasanya.
“Lah, sepi?”
“Tumben kontrakan di kunci?”
“Lah, belum pada balik apa ya?”
Yohan pun terheran setelah melihat bahwa kini garasi kontrakannya hanya menyisakan kendaraan beroda dua, sedangkan kendaraan beroda empat telah lenyap dari pandangannya.
Tangannya ia bawa untuk membuka pintu itu. Ada perasaan khawatir dan gugup, setelah ia berfikirkan bahwa mereka sedang membuat kejutan untuknya.
“Assalamualaikum,”
Hening. Tak ada yang menjawab salam tersebut. Bahkan suara hewan jangkrik yang berada di pinggir kontrakannya pun terdengar jelas karena keadaan sepi yang sedang ia rasakan di dalam kontrakannya.
“Masa mereka lupa?”
Namun tak mau ia ambil pusing akhirnya Yohan pun segera memasuki kamarnya dan bergegas untuk membersihkan dirinya.
“Selamat ulang tahun, Yohan.”
Yohan memejamkan matanya sambil mengepalkan kedua tangannya. Ia sendirian di tengah gelapnya ruangan kamar itu. Ia berdoa terlebih dahulu sebelum pada akhirnya ia meniup lilin yang berada di dalam benda perseginya; iya itu sebuah aplikasi lilin karena di kontrakan tidak ada lilin.
“Emang bener, semakin tua semakin nggak berarti hari ulang tahun ini.”
Ada helaan nafasnya sebelum ia menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang. Suaranya memilu seperti sedang membunyikan perasaan sesuatu. Namun entah mengapa semakin lama matanya semakin berat hingga ia terlelap dalam tidurnya.
Drtt. Drtt. Drtt
Benda persegi itu kini sedang berdering. Getarannya cukup mengusik aktivitas dirinya dalam kegiatan tidurnya, dengan perasaan yang sedikit kesal, ia pun langsung menerima panggilan video itu.
“Happy birthday to you~ Happy birthday to you~ Happy birthday Yohan Kardena, Happy birthday to you~“
Nyanyian itu cukup membuatnya terkejut. Badannya yang semula berbaring kini telah tegap dengan sempurna. Matanya sedikit memanas setelah mengetahui siapa yang menghubunginya.
“Loh, kalian ngapain ada di rumah gua?”
“Hehe lagi merayakan ulang tahun lu Yo,“
“Apa-apaan rayain ulang tahun tapi yang ulang tahunnya ditinggal sendirian,”
“Hahaha sengaja, abisnya kalo dikasih kejutan lu pasti udah tau alurnya.“
“Yo, happy birthday. Maaf kalo misalnya kita semua belum bisa jadi sosok teman, sahabat, bahkan keluarga yang terbaik buat lu. Selamat menambah usia, semoga cita-cita yang lu harapin bisa segera terwujud, semoga cita-cita lu jadi seorang duta bahasa bisa segera terlaksana, kita bakalan nunggu momen itu. Momen di mana lu bakalan ngabarin kita kalo lu udah jadi duta bahasa yang sukses, kita pasti bakalan nunggu momen itu.“
Air matanya kini tak bisa ia bendung lagi. Pertahanan dirinya sudah runtuh, cairan bening itu telah membelah kedua pipinya. Hidung dan matanya kini sudah bersemu merah.
“Lah kok nangis anjir?“
Ia menyeka air matanya. “Gimana nggak sedih, ternyata gumaman gua sama cita-cita gua itu ada yang dengerin juga bahkan ada yang ingat. Makasih banyak ya? Gua nggak salah pilih orang yang udah gua anggap sebagai keluarga.”
Mereka hanya tersenyum mendengar itu. “Yaudah kita matiin lagi ya, kita cuman mau bilang hbd aja. Kita mau lanjutin lagi makan-makan, masih banyak menunya.“
Tak sempat ia jawab, panggilan itu kini sudah terputus. Bukannya kesal, ia malah tersenyum dengan bahagia.
“Nggak apa-apa, gua nggak masalah mereka rayain tanpa gua. Gua seneng akhirnya mereka bisa sedeket itu sama orang tua gua.”
“Kontrakan adarusa, terima kasih banyak ya? berkat kalian gua bisa nemuin sosok teman dan keluarga yang sangat berarti. Tolong jaga mereka ya? Tolong buat mereka selalu bahagia, dan tolong buat mereka dapat meraih cita-citanya.”
Tiba-tiba senyuman itu pun seketika luntur setelah ia mengingat bahwa kehidupan tak akan pernah abadi. Ada kalanya mereka harus meraih masa depannya masing-masing, ada kalanya mereka egois dengan dirinya masing-masing, bahkan ada kalanya mereka berjalan menuju tujuannya masing-masing. Namun ia tetap berharap, untuk saat ini ia akan selalu berusaha menjadi sosok keluarga yang terbaik untuk teman kontrakannya. Ia akan selalu berusaha menjadi sosok yang selalu ada, sosok yang dapat diandalkan. Bahkan jika bisa, ia pun akan sama berusahanya untuk di masa depan.
Happy birthday, Liu Yangyang.
Kontrakan Adarusa Universe.
by NAAMER1CAN0