KEMENANGAN KESEKIAN KALI


Harri melangkahkan kedua tungkainya untuk segera memasuki ruangan kelas yang sangat familier baginya. Bagaimana tidak ketika hampir setiap saat ia selalu mendatangi ruang kelas ini untuk sekadar bertemu dan makan bersama dengan kekasihnya.

Harri yang baru selesai melaksanakan pertandingan futsal dibuat terkejut ketika dirinya sekonyong-konyong mengirimkan sebuah pesan kepada sang kekasih untuk bertanya keberadaannya, justru ia dihadiahi kalimat yang terkesan ketus. Tentu Harri yang baru saja membacanya dibuat bingung, hingga akhirnya ia memutuskan untuk menemui kekasihnya dan bertanya secara langsung mengingat apabila melalui ruang obrolan takut membuat perubahan suasana kekasihnya akan berubah lebih parah.

“Yang!” Harri berlari menghampiri perempuan itu yang sedang duduk di atas bangkunya dengan layar ponsel yang sepertinya kekasihnya tengah menikmati tontonan serial kesukaannya.

Merasa tak diacuhkan membuat Harri menarik satu kursi kosong di sebelah Fara lalu mendudukkan dirinya di sana. “Yang, sumpah aku salah ambil minum! Itu minuman teh harusnya buat si Jojo dari gebetannya. Tapi aku karena nggak kuat haus banget jadi, we, aku minum, serius!” Harri membawa kedua jarinya untuk ia simpan di samping wajahnya. “Aku udah ganti minuman itu, kirain teh emang ngasih, we, ke semuanya.”

Fara terdiam, isi pikirannya kembali melayang pada kejadian beberapa saat lalu. Meskipun kedua matanya sedang ia pusatkan pada layar ponselnya, namun isi pikirannya sibuk berkelana dan mengingat kejadian yang sukses membuat dirinya dibakar api cemburu.

Tak terhitung sudah berapa kali ia terus-menerus mengulangi kalimat pujian untuk kekasihnya, nampaknya ia tak akan pernah bosan mengelu-elukan lelaki itu yang terlihat sangat atraktif di matanya. Tubuh kokohnya sedang berdiam diri di depan gawang, seolah-olah menghalangi bola dari lawan timnya agar tak dapat memasukinya.

Kalimat pujian baru saja selesai ia loloskan dalam hatinya, namun belum genap tiga puluh detik ia justru kembali menyerukan kembali saat lelaki di depan sana dengan gagahnya menangkis bola yang berusaha dibobol oleh sang lawan.

Sumpah, pacar aing emang kiper paling keren se-Buah Batu! Tangannya selaras dengan belah birai yang tengah semangat meneriaki seseorang di sana untuk memberikan pujian secara tersirat. Jua, memberikan semangat walaupun mungkin saja kehadirannya tak dapat disorot oleh netra sang kekasih, sebab ia berada di tengah-tengah lautan para insan memakai warna kostum yang sama.

Fara dengan riang menepuk tangannya ketika mendengar sebuah peluit panjang yang dilantunkan oleh wasit pertandingan. Hanya selang beberapa detik, sorak-sorai gemuruh tak dapat bendung tatkala tim sekolah mereka memenangkan pertandingan dengan dua poin lebih besar daripada tim sang lawan.

Fara meraih satu botol air yang telah ia beli sebelumnya untuk ia berikan pada seseorang di sana. Namun, harapannya harus pupus begitu saja kala melihat lelaki itu justru meraih botol air minum yang diberikan seorang perempuan yang entah ia sendiri pun tak tahu orangnya.

Fara tak pernah sekesal ini sebelumnya, perihal air minum saja sebenarnya tak begitu dipermasalahkan olehnya. Akan tetapi, ketika matanya melihat langsung kejadian itu justru sukses membuat gemuruh di hatinya terasa meluap-luap. Ia berkali-kali meyakini dirinya bahwa ia tak harus seperti ini. Mungkin saja kekasihnya membutuhkan air minum dengan cepat mengingat jaraknya dengan lelaki itu terpaut jauh sekali.

“Fara, ayo kita ke lapangan sana!” ajak Grace dibalas gelengan dengan cepat oleh Fara.

“Kamu aja sendiri, aku mau ke kelas. Ternyata aku ada kelupaan sesuatu,” kilahnya, berharap Grace tak akan bertanya lebih jauh tentang kebohongannya. “Aku duluan, ya.”

Grace menatap kepergian Fara penuh tanda tanya. Perubahan sikap perempuan itu terlihat jelas bahkan sangat drastis berbeda dengan sebelumnya yang masih teramat antusias. Awalnya ia ingin bertanya lebih lanjut, namun saat melihat raut wajah yang ia pun yakini pasti terdapat sesuatu membuat Grace mengurungkan niatnya.

“Yang, ih!”

Demi apapun, Fara terlonjak saat seruan dari lelaki di sampingnya membuat ia hampir saja melayangkan sebuah pukulan pada lengan kekasihnya. Namun beruntungnya ia dapat lebih dulu mengontrolnya.

Harri meloloskan helaan napasnya ketika lagi-lagi ucapannya tak digubris oleh sang puan. Lelah dengan keberadaannya seakan tak kasat mata membuat Harri berinisiatif mendekati kekasihnya, ia menyimpan kepalanya di atas pundak sang kekasih lalu bergerak ke kiri dan ke kanan dengan tempo teratur.

“Harri, ih, rambut kamu keringetan!” Fara menjauhkan kepala Harri dari pundaknya. Ia menyeka bekas bulir keringat yang masih tercetak jelas di sana dengan tangan kosong.

Harri mendengkus pelan ketika keringat miliknya dihapus oleh sang kekasih membuat dirinya secara tak sadar mengerucutkan bibirnya.

“Ih, sumpah, ya, Harri. Kamu kenapa, sih?!”

Fara lagi-lagi dibuat heran dengan tingkah laku manja yang akhir-akhir ini acap kali diperlihatkan kekasihnya. Ia menatap lekat lengan kirinya yang dipeluk erat oleh Harri, seakan tak mengizinkannya untuk berjauhan dengan lelaki itu.

“Yang, maafin, ih,” ucap Harri, berharap permintaan maafnya kali ini akan dijawab oleh perempuan di sebelahnya.

Ketika ia tengah sibuk bermanjaan dengan Fara, matanya tak sengaja menangkap sebuah botol air minum yang ia yakini itu adalah botol untuknya. Rangkulan Harri pada lengan Fara otomatis terlepas begitu saja seiringan dengan tangannya mulai meraih botol itu. Harri mulai meneguk botol air minum berada dalam genggamannya hingga habis tak menyisakan setetes pun.

“Minuman dari kamu jauh lebih seger, andai aja aku tadi lebih sabar kayaknya aku bakalan dapet minuman ini.” Harri membolak-balikan botol air minum yang sudah kosong itu, lalu menyimpan kembali di atas meja. “Sel, makasih, ya, buat minumannya *aing *beneran suka!”

“Lebay, orang itu cuman air minum biasa.”

“Nggak, anjir. Menurut aing itu spesial banget, bahkan tadi pas aing minum rasanya beneran manis.” Harri tersenyum dan memusatkan pandangan pada wajah sang kekasih. “Soalnya sambil liat muka maneh.” Tatapannya yang penuh puja tak sedikit pun ia alihkan atau mengedipkannya, seperti enggan menyia-nyiakan paras elok perempuan di sampingnya.

Fara berlagak akan memuntahkan seluruh isi di perutnya setelah mendengar kalimat menggelikan yang baru saja diloloskan Harri dengan tak tahu malu. Harri tertawa dan melayangkan sebuah jitakan pelan pada kepalanya membuat Fara yang sedang asyik menonton harus bersusah payah menjeda videonya.

“Kurang ajar!”

“Sakit anjir!”

Cik, coba kalau maraneh mau pacaran teh liat dulu sekeliling. Aing yang lagi tidur jadi terganggu gini. Mending maraneh berdua backstreet lagi aja, lah!” ketus seseorang yang baru saja terbangun dari kegiatan tidurnya. Terlihat dari garis-garis yang tercetak rapi di wajahnya menandakan bahwa orang tersebut benar-benar menikmati waktu istirahatnya.

“Maaf, Ki! Sok-sok sia tidur lagi aja, hampura udah aing ganggu!” Harri menyatukan kedua tangannya seolah tengah memperlihatkan gerakan permintaan maaf sebab dirinya merasa tak enak sudah mengganggu teman satu kelas kekasihnya yang terlelap.

“Yang, ih, maafin aing! Nanti pulang sekolah maneh boleh jajan apapun asal maafin aing!”

Deal!” sahut Fara dengan cepat, takut akan Harri merubah pikirannya kembali.

Harri mengerling disertai helaan napas yang dikeluarkan penuh penekanan. “Euh, kahoyongna.”

Euh, maunya.

Fara menjulurkan lidahnya mendengar nada ucapan yang berbanding terbalik dengan sebelumnya. Akhirnya ia tak menyia-nyiakan kesempatan untuk membeli semua jajanan yang diinginkannya sebab lelaki itu sudah mengiming-imingkan akan mentraktir makanan yang ia mau. Beruntungnya ia dapat menahan ekspresi sejak kedatangan Harri ke dalam kelasnya, jika saat itu ia tak bisa menahannya mungkin penawaran itu tak akan pernah ia dapatkan.


Kolase Asmara Universe.

by NAAMER1CAN0