Ketiga–
Sept, 1st 2022
Lama ku memendam rasa di dada Mengagumi indahmu, wahai jelita Tak dapat lagi kuucap kata Bisuku diam terpesona
Dan andai suatu hari kau jadi milikku Tak akan kulepas dirimu, oh kasih Dan bila waktu mengizinkanku untuk menunggu Dirimu..
Flashback on.
Ia melangkahkan kedua kakinya menuju parkiran mobilnya. Saat ini waktu telah menunjukan pukul 19.35 WIB yang artinya kelas bimbel pun telah selesai. Namun, saat dirinya akan memasuki mobilnya kedua matanya tak sengaja melihat pergerakan wanita yang akhir-akhir ini telah mengambil atensinya.
Ia pun segera memasuki mobilnya, namun mesinnya tak ia hidupkan. Ia hanya berdiam diri di dalam sambil memperhatikan semestanya.
Senyuman itu bagaikan candu untuknya. Entah bagaimana untuk mendeskripsikan wanita itu, mungkin sebutan bidadari pun tak cukup untuknya.
Ia baru pertama kali merasakan jatuh cinta sedalam ini. Bahkan lautan pun kalah dalamnya dengan rasa cinta dirinya untuk wanita itu. Mungkin sedikit hiperbola, namun memang seperti itu kenyataannya.
Dirinya sangat ingin untuk melangkahkan kakinya dan mendekati wanita itu. Namun dirinya tidak bisa, tidak semua apa yang ia kagumi harus ia miliki. Mungkin dengan memandang dan memperhatikan dari jauh saja sudah menjadi kepuasan untuk dirinya sendiri.
“Adek!” panggil Mahendra kepada adik kecil yang sedang berdiam diri tak jauh dari mobilnya.
Adik kecil itu berlari menuju sumber suara. “Kenapa, Kak?”
“Adek, jualannya masih banyak?” tanyanya.
Adik itu mengangguk dengan cepat. “Masih, Kak.”
Mahendra tersenyum saat mendengar jawaban itu. “Yaudah kakak beli ya dagangannya, kakak borong semua. Tapi, kakak mau minta tolong. Boleh?”
“Makasih, Kak. Tentu boleh! Mau minta tolong apa, Kak?” tanya Adik itu dengan antusias.
“Boleh beliin roti sama susu di supermarket sana? Nanti adek kasiin ke kakak itu, tapi jangan bilanh dari kakak ya.” Mahendra berucap sambil menunjuk ke arah wanita yang sedikit jauh dari arah mobilnya.
“Boleh, nanti saya belikan ya Kak!”
“Iya, makasih ya Dek.”
Mahendra pun memberikan 7 lembar uang berwarna pink, entah cukup atau kelebihan dirinya pun hanya ingin memberikan sebagai ucapan terima kasih sekaligus membantu adik kecil itu.
“Kak, ini kebanyakan,” ucapnya Adik itu setelah menerima 7 lembar uang berwarna pink darinya.
“Nggak apa-apa bawa aja, itung-itung bonus buat kamu.” Mahendra mengusak kepala adik itu dengan pelan sambil tersenyum.
“Ya udah, saya mau ke sana dulu ya, Kak!” pamit Adik kecil itu sambil memberikan beberapa dagangan kepadanya. Mahendra hanya menganggukan kepalanya, lalu meraih dagangan itu dan menyimpannya pada tempat duduk di sebelahnya.
Ia tersenyum setelah melihat reaksi dari wanita itu. Wanita itu terkejut saat tiba-tiba diberi susu serta roti untuknya. Namun beberapa saat keterkejutan itu hilang dan beralih dengan raut wajah yang bahagia. Matanya kini telah seperti bulan sabit, sama indahnya.
Setelah melihat roti dan susu yang telah dimakannya ia pun langsung menjalankan mobilnya untuk menuju rumahnya. Di sepanjang jalan, dirinya tak bisa menghentikan senyuman itu. Bahkan, sudah hampir sebulan ini dirinya tak lepas dari musik RAN – Pandangan Pertama.
Kurasa ku t'lah jatuh cinta Pada pandangan yang pertama Sulit bagiku untuk bisa Berhenti mengagumi dirinya
Oh Tuhan, tolong diriku Membuat dia menjadi milikku Sayangku, kasihku, oh cintaku She's all that I need
Dan bila kita bersama 'Kan kujaga dirimu untuk selamanya Tolong terima cintaku..
©NAAMER1CAN0