Adek Ngambek
“Aa, adek marah ya sama Aa!” ucap si bungsu lengkap dengan bibir yang dilengkungkan ke bawah.
“Adek, sumpah Aa nggak sengaja,”
“Lagian, adek kenapa susun legonya di depan pintu?” bela si sulung yang tak mau kalahnya.
“Tuhkan! bukannya minta maaf malah nyalahin adek!” Rafathar menyimpan kedua tangan di pinggangnya, matanya melotot seperti akan keluar dari bola matanya. “Adek sebel sama Aa.”
Rafen pun panik setelah mengetahui bahwa adik bungsunya kini berlari sambil menangis.
“Demi Ael capek buatin eh malah diancurin Aa, wajar si Adek kesel,” ucap Rafael. “Kalo kata Ael mah GWS aja weh A,” lanjutnya sambil berlalu untuk menyusul ke mana arah adiknya berlari.
“Ya Allah, mati aja ini mah Aa ...,” gumam Rafen.
Flashback on.
“Aa temenin adek, susunin lego yang baru dibeliin mamah kemaren,” ucap Rafathar setelah dirinya membuka pintu kamar si sulung tanpa izin.
“Adek kalo masuk kamar orang itu diketuk dulu,” jawabnya.
“Ih!”
Rafathar pun berbalik dan menutup pintu. Lalu tangannya ia bawa untuk mengetuk pintu yang terbuat dari kayu.
Tok. Tok. Tok.
”...,” Rafen menghela nafasnya. Padahal maksud dirinya itu jika nanti adiknya mau memasuki kamar orang jangan lupa izin dulu, tapi ... yasudahlah namanya juga anak kecil.
“Aa lagi ngerjain tugas, sama A Ael dulu,” jawabnya.
Rafathar hanya bisa memanyunkan bibirnya, dengan bahu lemas akhirnya ia pun berjalan menuju kamar kakak tengahnya.
-
Di sinilah mereka berdua. Mereka kini sedang mengeluarkan beberapa mainan legonya. Dahi Rafael pun mengeluarkan beberapa garis yang menandakan sang empu sedang kebingungan.
“A Ael ayo mulai!” ucap Rafathar tak sabar.
“Bentar, A Ael nggak tau caranya. Ini A Ael lagi baca dulu petunjuknya.” Rafathar pun hanya bisa duduk terdiam dan menunggu pergerakan dari kakaknya.
Akhirnya setelah menunggu sekitar sepuluh menit, Rafael pun kini memulai untuk merancang lego adiknya. Tercipta jelas binar di bola mata adiknya yang mengartikan bahwa ia sedang antusias melakukannya.
“Yang ini A Ael.” Rafathar menunjuk lego di depan kakinya.
Rafael menoleh sekilas, “iya, abis ini lanjut yang itu. Sebentar.”
Setelah satu jam akhirnya mainan itu pun sudah tersusun dengan sempurna. Peluh keringat di dahi Rafael pun kini sudah bisa ia usap oleh kedua tangannya.
“YEAAAY!”
“RAFATHAR SAYANG A AEL!” Antusias Rafathar saat legonya kini selesai dirakit.
Rafathar pun langsung memeluk Rafael dengan erat. Mau tak mau Rafael pun ikut bahagia dan memeluk kembali tubuh kecil adiknya. Rasa lelah dan pusing yang dirasakan olehnya kini berganti menjadi rasa bahagia.
“A Ael cepet fotoin! Adek mau pamer ke papah,” ucap Rafathar. Rafael pun hanya bisa menuruti perintah dari adiknya.
Brakk.
Kebahagiaan itu pun hanya sesaat, kini susunan lego pun sudah hancur lebur karena keteledoran seseorang.
Flashback off.
-
Kini Rafen pun sedang membereskan beberapa mainan yang hancur karena ulah kakinya. Ia rela untuk saat ini kesalahan pada dirinya, padahal jika dilihat ia sendiri tak sepenuhnya salah. Lego itu disusun percis di tengah-tengah antara depan pintu Rafathar dan Rafen. Sehingga, kejadian yang tak diinginkan pun terjadi.