Pandangan Pertama–

Dec, 15th 2021


Listen: https://open.spotify.com/track/7vARkAvliy40kkanvCQvSR?si=21MvAqdgT4mfT8qlGOhaMA


Kaki itu ia bawa untuk menaiki panggung yang telah berada di tengah lapangan sekolahnya. Ia menarik nafasnya terlebih dahulu sebelum berjalan menuju tengah panggung.

Ia dan teman-temannya Juna, Lugi, dan Hendy kini telah berada di hadapan ratusan teman sekolahnya. Juna telah bersiap-siap dengan gitar-nya, Lugi telah bersiap-siap dengan drum-nya, Hendy telah bersiap-siap dengan bass-nya, dan dirinya telah bersiap-siap dengan gitar serta mic yang berada di depannya.

Kedua bola matanya ia bawa untuk menemukan seseorang. Setelah mencari di dalam lautan manusia yang berada di bawah panggungnya, akhirnya ia bisa menangkap kehadiran wanita itu– yang telah mengambil atensinya beberapa waktu yang lalu. Tak sadar kini kedua ujung bibirnya telah menaik dengan sempurna.

“Halo semuanya, sebelumnya gua mau berterima kasih sama panitia yang telah mengijinkan band kita buat manggung diacara pensi kali ini,”

“Pada kesempatan ini kita– The FF (Fabulous Four) akan membawakan lagu dari RAN – Pandangan Pertama.” Ia menghela nafasnya sekilas lalu tersenyum sebelum melanjutkan kembali kata-katanya.

“Lagu ini gua persembahkan buat wanita yang akhir-akhir ini selalu ada di pikiran gua sendiri. Orang itu ada di antara ratusan siswa yang kini sedang berdiri di hadapan gua sendiri,”

Hari Senin, 9 Agustus pertama kali gua ketemu sama dia. Waktu itu dia kesiangan karena bantu seseorang pria yang sudah berumur untuk nyebrang,”

Hari Jumat, 20 Agustus kedua kalinya gua ketemu sama dia. Waktu itu bertepatan saat pulang sekolah, dia pergi ke arah taman dan ngasih makan kucing yang mana makanan itu selalu dia bawa setiap harinya,”

Hari Rabu, 1 September ketiga kalinya gua ketemu sama wanita ini. Waktu itu dia abis pulang bimbel, gua bisa liat dia tadinya mau beli jajanan di depan tempat bimbel, tapi akhirnya malah pergi ke supermarket dan beliin makanan buat ibu-ibu yang diem di pinggir jalanan dengan anak yang berada di pangkuannya,”

Hari Selasa, 14 September perdana kita ketemu dan pertama kalinya gua bisa denger suara dia secara langsung. Waktu itu gua baru beres olahraga dan secara nggak sengaja kita ambil botol minuman yang sama, jujur dia manis banget waktu itu,”

“Buat lu– wanita yang istimewa, semoga lu sadar dengan apa yang udah gua ceritain sebelumnya. Maka dari itu, gua di sini bakalan mempersembahkan sebuah lagu buat –lu.”

Alunan musik itu kini telah menggema di setiap sisi sekolah. Suara histeris mulai memenuhi area itu, entah histeris dari pengakuan yang telah ia ucapkan, atau histeris dari alunan musik yang telah mulai.

Lama ku memendam rasa di dada Mengagumi indahmu, wahai jelita Tak dapat lagi kuucap kata Bisuku diam terpesona

Dan andai suatu hari kau jadi milikku Tak akan kulepas dirimu, oh kasih Dan bila waktu mengizinkanku untuk menunggu Dirimu..

Kurasa ku t'lah jatuh cinta Pada pandangan yang pertama Sulit bagiku untuk bisa Berhenti mengagumi dirinya

Ia menatap wanita itu dengan penuh kasih. Ia sendiri tidak tahu apakah wanita itu sadar akan tatapannya atau tidak. Saat ini dirinya hanya ingin menatap semestanya. Semesta untuk dirinya. Pandangan itu tak pernah lepas dari wanita itu.

Senyumnya mengembang sempurna saat melihat wanita itu kini mengoyangkan dua kepalanya sambil tersenyum. Kini perutnya seperti sedang dihantam oleh ribuan kupu-kupu yang berterbangan. Pipinya menghangat, bahkan kini teman-temannya ikut tersenyum setelah melihat telinga vokalis itu mulai memerah semerah buah tomat.

Seiring dengan berjalannya waktu Akhirnya kita berdua bertemu Oh, diriku tersipu malu Melihat sikapmu yang lucu

Dirinya mulai teringat dengan pertemuannya. Hari Kamis, 26 Agustus di Kantin sekolah. Saat itu dirinya sedang kehausan karena telah melaksanakan pelajaran olahraganya, namun entah kebetulan atau sudah waktunya tangannya tak sengaja memegang tangan wanita itu pada botol minuman yang ada di meja kantinnya.

Ia sontak terkejut dengan kejadian itu. Hingga pada akhirnya ia memustukan untuk mengambil minuman yang lain. Namun, melihat reaksi wanita itu dirinya tak bisa melepaskan senyuman itu. Pipi wanita itu telah berubah menjadi warna merah, entah karena panasnya matahari di atas, efek dari make up, atau? yang terakhir ia tidak bisa memikirkannya karena ia tak mau ditampar oleh kenyataan.

Dan andai suatu hari kau jadi milikku Tak akan kulepas dirimu, oh kasihku Dan bila waktu mengizinkanku menunggu Dirimu..

Kurasa ku t'lah jatuh cinta Pada pandangan yang pertama Sulit bagiku untuk bisa Berhenti mengagumi dirinya

Oh Tuhan, tolong diriku Membuat dia menjadi milikku Sayangku, kasihku, oh cintaku She's all that I need

Entah sadar tak sadar setelah mendengarkan apa yang telah diucapkan oleh pria yang sedang bernyanyi di atas panggung itu, dirinya hanya bisa tersenyum. Hatinya menghangat, ribuan kupu-kupu mulai berterbangan di perutnya.

Ia sangat sadar bahwa pria itu kini tak lepas untuk menatap dirinya. Ia sendiri mulai salah tingkah karena terus-menerus ditatap seperti itu.

Jujur ia baru pertama kali merasakan situasi seperti ini. 17 tahun dirinya hidup sendirian, hidup tanpa mengenal kata cinta. Namun, hari ini dirinya mulai bisa merasakan hal itu.

Dan bila kita bersama 'Kan kujaga dirimu untuk selamanya Tolong terima cintaku

Kurasa ku t'lah jatuh cinta Pada pandangan yang pertama Sulit bagiku untuk bisa Berhenti mengagumi dirinya

Oh Tuhan, tolong diriku 'Tuk membuat dia menjadi milikku Sayangku, kasihku, oh cintaku Oh, dia menjadi milikku, oh-uwo Menjadi milikku, oh baby, yeah She's all that I need

Suara tepuk tangan kini mulai terdengar di kedua telinganya. Teriakan demi teriakan mulai terdengar. Dirinya hanya bisa tersenyum dengan puas, apalagi setelah melihat reaksi wanita itu. Entah lampu hijau, atau yang lainnya. Wanita itu enggan untuk melepaskan senyuman yang tercetak jelas pada bibirnya.

Hal itu semakin membuat Mahendra yakin bahwa wanita itu sudah mengetahui jika lagu itu untuk dirinya.


Good job, bro!” ujar Lugi kepada Mahendra.

“Kalo udah lampu ijo jangan lupa traktir kita.” Juna berucap sambil merangkul temannya, Mahendra.

Mahendra hanya tersenyum sambil menganggukan kepalanya. “Pasti, kalian orang pertama yang bakalan gua traktir.”

“Widih, Mahendra otw laku nih.” Hendy berucap sambil tertawa.

Kedua temannya pun ikut tertawa saat mendengar kata-kata itu, bahkan tak hanya Lugi dan Juna. Dirinya pun ikut tertawa.

Semoga.


©NAAMER1CAN0