PERASAAN BERKECAMUK
Sorak-sorai teriakan terdengar mendayu-dayu menginvasi penuh indra pendengarannya. Lelaki berkelahiran bulan Juni membawa kedua tungkainya untuk menyambangi tengah lapangan dan turut bergabung dengan teman-temannya yang lebih dulu telah berada di sana.
Saat ini sekolahnya sedang mengadakan kegiatan class meeting yang mana setiap kelasnya diwajibkan mengikuti tiap-tiap lomba yang diselenggarakan. Seperti halnya saat ini, sekolahnya tengah mengadakan perlombaan model berpasangan dengan busana adat yang telah ditentukan panitia. Seharusnya Harri senang dapat melihat kekasihnya bergerak lihai di atas karpet merah yang sudah dapat ia pastikan bahwa kekasihnya akan berkali-kali lipat jauh lebih cantik.
“Kirain sia nggak akan ke sini,” ucap Rakha dengan nada terkesan sarkasme.
Harri mendengkus, menganggap perkataan itu seperti angin lalu yang tak perlu susah payah untuk menanggapinya. Ia menepuk pundak seseorang di sebelahnya untuk memberikan sedikit ruang untuk dirinya duduk. Sementara seseorang yang menjadi korban atas tepukan dilayankan olehnya pun bergegas menggeser tubuhnya, mempersilakan lelaki itu untuk menempati ruang di sebelahnya.
Yolan membuka mulutnya, berancang-ancang akan mengutarakan sebuah kalimat. “Si aku membayangkan pasti temen si aku Grace lagi menahan cemburu membabi buta soalnya si dia motoin si Jagat berpasangan sama anak kelas si kamu.” Tatapan Yolan sedari tadi tertuju pada seorang perempuan yang lihai bergerak ke sana dan kemari dengan tustel melingkari lehernya.
“Jangan jauh-jauh ke sana, di sebelah maneh juga ada yang lagi nahan cemburu membabi buta,” celetuk Jaya.
“Bacot anjing!”
Tawa yang berduyun-duyun mereka lantunkan sayangnya harus dibungkam secara terpaksa, sebab seseorang di depan sana telah menyerukan sebuah nama yang tak ayal nama tersebut menjadi salah satu topik pembicaraan mereka beberapa saat lalu.
“Kontestan selanjutnya Fara Grizelle dan Johan Mahardika perwakilan dari sebelas IPS 3!”
Sejak nama tersebut dilontarkan oleh Master Ceremony, Harri dapat merasakan jelas bagaimana ketika kedua bahunya tengah diapit oleh teman di sebelahnya. Dadanya berkali-kali ditepuk sang empu, seolah sedang memberi kekuatan agar ia tak perlu merasa terbakar oleh api cemburu melihat adegan di hadapannya.
“Anjing, sedeup kitu Mang Harri liat genggaman tangannya!” ucap Aksara jahil. Ingin melihat reaksi apa yang akan diperlihatkan oleh Harri ketika seseorang yang dipujanya tengah berjalan dengan tangan tengah merangkul lelaki itu di sebelahnya.
“Sabar, Ri, sabar, Ri!” Rakha mengeratkan rangkulan pada pundak Harri setelah merasakan pergerakan berontak dari lelaki tersebut.
Sebelumnya Harri sudah berniat untuk mengabaikan kekasihnya yang berjalan lihai di atas karpet merah tersebut, akan tetapi setelah melihat pemandangan di hadapannya ia mengurungkan niat itu. Jangankan untuk mengabadikan kegiatan tersebut, untuk ia sekadar memandang pun rasanya sulit untuk dilakukan ketika gejolak dalam benaknya membuncah seakan tengah meronta-ronta meminta untuk keluar.
“Eta kabogoh aing, anjing!”
Itu pacar gue!
Masa bodoh dengan tatapan yang tertuju padanya, entah mengapa ucapan tersebut tanpa sadar keluar dari belah birainya begitu saja. Perasaan cemburu yang telah mati-matian ia tahan pun akhirnya tak dapat ia bendung kembali.
Rakha beranjak, melipat seragam lengan sekolahnya sembari menunjuk lelaki yang baru saja melewatinya. “Wah sia Johan parah pisan geus ngajieun babaturan aing cemburu!”
Wah lu Johan parah banget udah buat temen gue cemburu!
Entah hanya sekadar sebuah lelucon atau memang Rakha sedang benar-benar menahan rasa kesalnya, namun perlakuan tersebut sukses mengundang gelak tawa dari sekitarnya. Pun, dari Harri sang tersangka yang sedari tadi telah mencebikkan bibirnya.
Aksara menahan tubuh Rakha agar tak bangkit dan menghampiri lelaki itu. “Sabar, Kha, sabar, Kha!”
Di antara mereka semua yang sibuk berceloteh sendiri, Jaya hanya memasang kedua telinganya lebar-lebar dengan tawa yang tak segan untuk dilantunkan kala rekan-rekannya bertingkah konyol.
“AING KECEWA BERAT LAH BAHKAN PACAR AING SENDIRI NGGAK LIAT KEHADIRAN AING DI SINI???????” Harri berkali-kali menunjuk dirinya sendiri, seolah sedang memberitahu keberadaannya kepada perempuan yang sudah memunggunginya.
Kolase Asmara Universe
by NAAMER1CAN0