Pertama–
August, 9th 2021
Kurasa ku t'lah jatuh cinta Pada pandangan yang pertama Sulit bagiku untuk bisa Berhenti mengagumi dirinya
Flashback on.
Waktu telah menunjukkan pukul 07.30 tandanya bahwa dirinya sudah terlambat untuk memasuki sekolahnya. Entah hukuman apa yang akan dia dapat, saat ini dirinya hanya bisa pasrah.
Saat dirinya sedang menunggu untuk berpindahnya lampu berwarna merah menjadi lampu hijau dirinya tidak sengaja melihat wanita di depan mobilnya. Wanita tersebut memakai seragam sekolah yang sama, ia bisa pastikan bahwa mereka berdua berada di sekolah yang sama. Namun entah mengapa dirinya tidak dapat melepaskan gerak geriknya kepada wanita yang berada di depannya kini.
Wanita itu sedang berjalan di atas garis putih dengan sebelah tangannya menuntun pria yang lebih tua darinya. Entah mengapa hatinya menghangat setelah melihat itu. Ujung bibirnya kini telah terangkat yang menandakan sang empu mulai tersenyum.
Bagaimana bisa wanita itu masih bisa membantu orang lain di saat dirinya sedang terkena masalah pula? Sesaat ia tersadar dari lamunannya setelah mendengar suara klakson dari mobil di belakangnya.
Tin.
Tanpa menunggu lama ia pun segera menginjak gas lalu berlaju menuju sekolahnya. Bahkan saat sudah jauh pun dirinya masih sedikit penasaran dengan wanita yang dilihatnya beberapa saat lalu. Rambut panjang dengan jepitan berwarna putih yang berada di surai hitamnya, tas berwarna pink, dan sepatu berwarna hitam.
Bagaikan telah menemukan harta karun saat ini dirinya bertemu dengan wanita itu. Senyuman pun terpang-pang dengan jelas di raut wajahnya. Rasanya dirinya ingin memutar balikan tubuh wanita itu, namun tentunya tidak bisa, karena saat ini dirinya sedang terkena hukuman.
“Kenapa kamu telat?” tanya Pak Suripto.
Dirinya tak bisa melepaskan pandangannya sedikit pun dari wanita itu. Seakan seluruh atensinya sudah dia kuasai.
“Maaf Pak, saya telat bangun.” Wanita itu menjawab sambil menundukan kepalanya.
Ia menyatukan kedua alisnya. Telat bangun? Seharusnya ia berkata jujur bahwa dirinya telat karena telah membantu orang lain terlebih dahulu.
“Sekar, saya tahu bahwa kamu bukan tipikal orang seperti itu. Selama dua tahun baru ini saya melihat kamu terlambat,” ucap Pak Suripto. Wanita itu– Sekar mengadahkan kepalanya.
“Maaf Pak.” Namun tak lama menundukan kembali kepalanya.
Sekar ya. Nama yang bagus. gumamnya.
Untung saja dirinya bukan tipekal siswa yang suka melanggar aturan. Lihat saya, kini dirinya dibebaskan dalam hukuman keterlambatannya. Baru kali ini selama dua tahun dirinya merasakan yang namanya terlambat.
Atensinya kini mulai beralih pada wanita itu– Sekar. Saat dirinya akan berjalan mengimbangi wanita itu namun akhirnya gagal. Sekar ini berlari kecil untuk menuju kelasnya bersamaan dengan seseorang yang menepuk pundaknya.
“Mahen!”
Mahendra menghentikan langkahnya, lalu menoleh ke arah sumber suara. “Kenapa?”
“Bareng.” Juna berlari dengan kecil untuk menuju tempat di mana temannya, Mahendra berdiri.
“Ck. Gagal.“
Mahendra mendecik dengan kesal saat kesempatan emasnya kini terbuang dengan sia-sia.
©NAAMER1CAN0